Dinas Sosial, Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Luwu Timur bisa jadi satu-satunya dinas yang paling pelik. Dalam kiprahnya di Pemerintahan, ia banyak bersentuhan dengan masalah-masalah sosial.
Mulai orang Gila, Cacat Berat, Kekerasan pada Anak, Kekerasan Dalam Rumah Tangga , Lansia Miskin sampai pada Bencana Alam ditangani semua .Sehingga ada yang bilang dinas ini adalah Dinas Penuh Derita.
Sebagai Perpanjangan Tangan dari Bupati dan Wakil Bupati Luwu Timur, Dinas ini tampil beda dalam menjalankan programnya dan menangani masalah sosial. Adalah Sukarti, Kepala Dinasnya, saat dikonfirmasi Warta Lutim, menerangkan ada dua program yang menyita waktu dan pikirannya, yaitu menangani orang sakit jiwa atau gila dan Pendampingan bagi anak yang mengalami kekerasan.
Untuk penanganan Orang Gila, diakuinya bermodal nekat yang bertanggung jawab, maksudnya melaksanakan program tidak disertai dengan keamanan dan kenyamanan. Ini harus dilaksanakan karena tugas. Seluruh orang gila yang di angkut dari Malili ke Rumah sakit Dadi Makassar tidak pakai mobil khusus. Kendaraan yang dipakai adalah kendaraan Rental.
Pegawainya harus duduk berdampingan satu mobil dengan orang gila, “Ketika mobil berangkat saya selalu berdoa, ya Allah semoga Pegawaiku selamat dalam perjalanan dan semoga si Gila tidak mengamuk di dalam mobil,” Ungkap Sukarti
Selama ini Pegawai yang mengantar orang gila ke Makassar ini adalah Pegawai Wanita, rasa was-was sudah pasti muncul, Saya takut pegawaiku celaka belum lagi khawatir mobil rental di rusak si orang gila yang dibawa, jika ini terjadi maka sayalah yang harus bertanggung jawab.
Untuk itu, tahun ini demi keamanan dalam bekerja Saya kata Sukarti sudah mengusulkan ke Bupati dan DPRD untuk mengadakan satu Unit Mobil Khusus untuk mengangkut orang gila. Ini harus diadakan sebelum terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi.
Berdasarkan data, pada 2017 ada 16 orang gila dari Luwu Timur di bawa ke Rumah sakit Dadi, dan pada 2018 ini sudah 10 orang, malah masih ada satu lagi yang akan kita antar.
Berdasarkan Pengalaman dari sekian banyak yang diantar ke Makassar baru satu orang tidak waras yang berontak, “ Itu yang dari Angkona, untung dia berontak saat baru mau naik kemobil, sehingga terpaksa di borgol,” tandas Sukarti