Bekerja Dengan Hati Atasi Masalah Sosial

oleh -4.486 views

Dinas Sosial, Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Luwu Timur bisa jadi satu-satunya dinas yang paling pelik. Dalam kip­rahnya di Pemerintahan, ia banyak bersentuhan dengan masalah-mas­alah sosial.

Mulai orang Gila, Cacat Berat, Kekerasan pada Anak, Kekerasan Dalam Rumah Tangga , Lansia Mi­skin sampai pada Bencana Alam di­tangani semua .Sehingga ada yang bilang dinas ini adalah Dinas Penuh Derita.

Sebagai Perpanjangan Tangan dari Bupati dan Wakil Bupati Luwu Timur, Dinas ini tampil beda da­lam menjalankan programnya dan menangani masalah sosial. Ada­lah Sukarti, Kepala Dinasnya, saat dikonfirmasi Warta Lutim, men­erangkan ada dua program yang menyita waktu dan pikirannya, yai­tu menangani orang sakit jiwa atau gila dan Pendampingan bagi anak yang mengalami kekerasan.

Untuk penanganan Orang Gila, diakuinya bermodal nekat yang bertanggung jawab, maksudnya melaksanakan program tidak dis­ertai dengan keamanan dan ken­yamanan. Ini harus dilaksanakan karena tugas. Seluruh orang gila yang di angkut dari Malili ke Ru­mah sakit Dadi Makassar tidak pa­kai mobil khusus. Kendaraan yang dipakai adalah kendaraan Rental.

Pegawainya harus duduk ber­dampingan satu mobil dengan orang gila, “Ketika mobil berang­kat saya selalu berdoa, ya Allah semoga Pegawaiku selamat dalam perjalanan dan semoga si Gila tidak mengamuk di dalam mobil,” Ung­kap Sukarti

Selama ini Pegawai yang men­gantar orang gila ke Makassar ini adalah Pegawai Wanita, rasa was-was sudah pasti muncul, Saya takut pegawaiku celaka belum lagi kha­watir mobil rental di rusak si orang gila yang dibawa, jika ini terjadi maka sayalah yang harus bertang­gung jawab.

Untuk itu, tahun ini demi kea­manan dalam bekerja Saya kata Sukarti sudah mengusulkan ke Bu­pati dan DPRD untuk mengadakan satu Unit Mobil Khusus untuk men­gangkut orang gila. Ini harus diada­kan sebelum terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi.

Berdasarkan data, pada 2017 ada 16 orang gila dari Luwu Timur di bawa ke Rumah sakit Dadi, dan pada 2018 ini sudah 10 orang, malah masih ada satu lagi yang akan kita antar.

Berdasarkan Pengalaman dari sekian banyak yang diantar ke Makassar baru satu orang tidak waras yang berontak, “ Itu yang dari Angkona, untung dia berontak saat baru mau naik kemobil, seh­ingga terpaksa di borgol,” tandas Sukarti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *