Objek wisata Bulu Poloe rupanya masih menjadi salah satu alternatif tujuan wisata masyarakat Luwu Timur selain beberapa objek wisata yang banyak terdapat di daerah ini. Selain karena keindahan alam laut teluk Bone yang mengelilingi Bulu Poloe, pula masyarakat dapat memanfaatkan hari libur dengan diving hingga memancing.
Berkunjung ke objek wisata ini, hanya bisa dilalui dengan jalur laut dengan menyewa perahu-perahu milik warga yang berada di Desa Wewangriu, Baruga serta Balantang. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam. Biasanya, hari Sabtu dan Minggu, objek wisata Bulu Poloe yang dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Terbelah ini selalu ramai diserbu para wisatawan yang bukan hanya wisatawan dari dalam daerah, melainkan juga ada yang berasal dari luar daerah.
Mitos Nama “Bulu Poloe”
Ada beberapa mitos di kalangan masyarakat di Luwu Timur mengenai sejarah pulau terbelah ini. Konon kabarnya nama “Bulu Poloe” berasal dari sejarah Sawerigading. Sawerigading adalah seorang pangeran atau putra Raja Luwu bernama Batara Lattu. Suatu keti ka kapal Sawerigading terdampar di Teluk Bone dan patah menjadi dua bagian. Karena kecelakaan itu, tiang kapal rusak dan menjadi sebuah pulau bernama Bulu Poloe.
Ada juga mitos lain yang berkaitan dengan sejarah Bulupoloe yang mengatakan bahwa pulau itu berasal dari patahan gunung yang tertimpa pohon Welenreng. Sisa patahan pohon Welenreng akhirnya digunakan untuk membangun kapal-kapal yang digunakan oleh Sawerigading.